Laporan Wawancara Tokoh-tokoh agama

KELOMPOK 4 Character Building:Agama

  1. Rahman bramantya
  2. Christopher Budiono
  3. Tommy Ryanto
  4. Irvin
  5. Zaidan darul aman
  6. Samuel Halim

 

Latar belakang

Keragaman adalah suatu kondisi pada kehidupan masyarakat. Perbedaan seperti itu ada pada suku bangsa, ras, agama, budaya dan gender. Keragaman yang ada di Indonesia adalah kekayaan dan keindahan bangsa. Pemerintah harus bisa mendorong keberagaman tersebut menjadi suatu kekuatan untuk bisa mewujudkan persatuan dan kesatuan nasional.

Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan antar manusia dan lingkungannya.

Dukungan kekayaan alam yang melimpah dan diperlukan oleh bangsa lain, maka para pedagang asing datang ke Indonesia. Selain melakukan kegiatan berdagang, mereka juga menyebarkan ajaran Agama dan Kepercayaan yang mereka yakini.

Agama hindu dan Budha masuk dibawah oleh bangsa India yang sudah lama berdagang dengan Indonesia.

Kemudian menyusul para pedagang Gujarat menyebarkan ajaran Islam. Kedatangan bangsa eropa membawa ajaran Agama Kristen dan Katolik, sedangkan pedagang dari cina menganut Agama Kong Hu Chu.

Berbagai ajaran agama diterima oleh bangsa Indonesia karena sebelumnya masyarakat sudah mengenal kepercayaan seperti animism dan dinamisme. Juga sifat keterbukaan masyarakat Indonesia menerima budaya lain.

PERMASALAHAN

 

Sepanjang sejarah agama dapat memberi sumbangsih positif bagi masyarakat dengan memupuk persaudaraan dan semangat kerjasama antar anggota masyarakat. Namun sisi yang lain, agama juga dapat sebagai pemicu konflik antar masyarakat beragama. Ini adalah sisi negatif dari agama dalam mempengaruhi masyarakat Dan hal ini telah terjadi di beberapa tempat di Indonesia.

Hendropuspito mengemukakan bahwa paling tidak ada empat hal pokok sebagai sumber konflik sosial yang bersumber dari agama.

Dengan menggunakan kerangka teori Hendropuspito, penulis ingin menyoroti konflik antar kelompok masyarakat Islam – Kristen di Indonesia, dibagi dalam empat hal, yaitu:

 

  • Perbedaan Doktrin dan Sikap Mental

Semua pihak umat beragama yang sedang terlibat dalam bentrokan masing-masing menyadari bahwa justru perbedaan doktrin itulah yang menjadi penyebab dari benturan itu.

Entah sadar atau tidak, setiap pihak mempunyai gambaran tentang ajaran agamanya, membandingkan dengan ajaran agama lawan, memberikan penilaian atas agama sendiri dan agama lawannya. Dalam skala penilaian yang dibuat (subyektif) nilai tertinggi selalu diberikan kepada agamanya sendiri dan agama sendiri selalu dijadikan kelompok patokan, sedangkan lawan dinilai menurut patokan itu.

Agama Islam dan Kristen di Indonesia, merupakan agama samawi (revealed religion), yang meyakini terbentuk dari wahyu Ilahi Karena itu memiliki rasa superior, sebagai agama yang berasal dari Tuhan.

Di beberapa tempat terjadinya kerusuhan kelompok masyarakat Islam dari aliran sunni atau santri. Bagi golongan sunni, memandang Islam dalam keterkaitan dengan keanggotaan dalam umat, dengan demikian Islam adalah juga hukum dan politik di samping agama. Islam sebagai hubungan pribadi lebih dalam artian pemberlakuan hukum dan oleh sebab itu hubungan pribadi itu tidak boleh mengurangi solidaritas umat, sebagai masyarakat terbaik di hadapan Allah. Dan mereka masih berpikir tentang pembentukan negara dan masyarakat Islam di Indonesia. Kelompok ini begitu agresif, kurang toleran dan terkadang fanatik dan malah menganut garis keras.

 

 

  • Perbedaan Suku dan Ras Pemeluk Agama

 

Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan ras dan agama memperlebar jurang permusuhan antar bangsa. Perbedaan suku dan ras ditambah dengan perbedaan agama menjadi penyebab lebih kuat untuk menimbulkan perpecahan antar kelompok dalam masyarakat.

Contoh di wilayah Indonesia, antara Suku Aceh dan Suku Batak di Sumatera Utara. Suku Aceh yang beragama Islam dan Suku Batak yang beragama Kristen; kedua suku itu hampir selalu hidup dalam ketegangan, bahkan dalam konflik fisik (sering terjadi), yang merugikan ketentraman dan keamanan.

Di beberapa tempat yang terjadi kerusuhan seperti: Situbondo, Tasikmalaya, dan Rengasdengklok, massa yang mengamuk adalah penduduk setempat dari Suku Madura di Jawa Timur, dan Suku Sunda di Jawa Barat. Sedangkan yang menjadi korban keganasan massa adalah kelompok pendatang yang umumnya dari Suku non Jawa dan dari Suku Tionghoa. Jadi, nampaknya perbedaan suku dan ras disertai perbedaan agama ikut memicu terjadinya konflik.

 

  • Perbedaan Tingkat Kebudayaan

 

Agama sebagai bagian dari budaya bangsa manusia. Kenyataan membuktikan perbedaan budaya berbagai bangsa di dunia tidak sama. Secara sederhana dapat dibedakan dua kategori budaya dalam masyarakat, yakni budaya tradisional dan budaya modern.

Tempat-tempat terjadinya konflik antar kelompok masyarakat agama Islam – Kristen beberapa waktu yang lalu, nampak perbedaan antara dua kelompok yang konflik itu. Kelompok masyarakat setempat memiliki budaya yang sederhana atau tradisional: sedangkan kaum pendatang memiliki budaya yang lebih maju atau modern. Karena itu bentuk rumah gereja lebih berwajah budaya Barat yang mewah.

Perbedaan budaya dalam kelompok masyarakat yang berbeda agama di suatu tempat atau daerah ternyata sebagai faktor pendorong yang ikut mempengaruhi terciptanya konflik antar kelompok agama di Indonesia.

 

  • Masalah Mayoritas da Minoritas Golongan Agama

 

dalam masyarakat agama pluralitas penyebab terdekat adalah masalah mayoritas dan minoritas golongan agama.

Di berbagai tempat terjadinya konflik, massa yang mengamuk adalah beragama Islam sebagai kelompok mayoritas; sedangkan kelompok yang ditekan dan mengalami kerugian fisik dan mental adalah orang Kristen yang minoritas di Indonesia. Sehingga nampak kelompok Islam yang mayoritas merasa berkuasa atas daerah yang didiami lebih dari kelompok minoritas yakni orang Kristen. Karena itu, di beberapa tempat orang Kristen sebagai kelompok minoritas sering mengalami kerugian fisik, seperti: pengrusakan dan pembakaran gedung-gedung ibadat.

Terjadinya konflik tersebut disebabkan oleh beberapa faktor, yaitu :

  1. Karena tidak adanya keampuhan Pancasila dan UUD 45 yang selama ini menjadi pedoman bangsa dan negara kita mulai digoyang dengan adanya amandemen UUD 45 dan upaya merubah ideologi negara kita ke ideologi agama tertentu.
  2. Kurangnya rasa menghormati baik antar pemeluk agama satu dengan yang lainnya ataupun sesama pemeluk agama.
  3. Adanya kesalahpahaman yang timbul karena adanya kurang komunikasi antar pemeluk agama.

SOLUSI PERMASALAHAN

 

Perlu dicari tokoh masyarakat yang dipercaya dan/ atau dihormati oleh pihak-pihak yang berkonflik, untuk berusaha menghentikan konflik (conflict intervention), melalui lobi-lobi, negosiasi, diplomasi. Hal ini merupakanusaha peace making.

Dalam usaha untuk mengembangkan adanya perdamaian yang lestari, atau adanya rekonsiliasi, maka metode yang dipakai oleh pihak ketiga sebaiknya adalah mediasi dan bukan arbitrase. Dalam arbitrase, pihak ketiga (pendamai) yang dipercaya oleh pihak-pihak yang bertentangan/berkonflik itu, setelah mendengarkan masing-masing pihak mengemukakan masalahnya, maka si arbitrator “mengambil keputusan dan memberikan solusi atau penyelesaiannya, yang “harus” ditaati oleh semua pihak yang berkonflik.

Penyelesaian konflik melalui jalan arbitrase mungkin dapat lebih cepat diusahakan, namun biasanya tidak lestari. Apalagi kalau ada pihak yang merasa dirugikan, dikalahkan atau merasa bahwa kepentingannya belum diindahkan.

Sebaliknya, mediasi adalah suatu cara intervensi dalam konflik, di mana mediator (fasilitator) dalam konflik ini juga harus mendapat kepercayaan dari pihak yang berkonflik. Tugas mediator adalah memfasilitasi adanya dialog antara pihak yang berkonflik, sehingga semuanya dapat saling memahami posisi maupun kepentingan dan kebutuhan masing-masing, dan dapat memperhatikan kepentingan bersama.

Jalan keluar atau penyelesaian konflik harus diusulkan oleh atau dari pihak-pihak yang berkonflik. Mediator sama sekali tidak boleh mengusulkan atau memberi jalan keluar/penyelesaian, namun dapat mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang membantu pihak-pihak yang berkonflik untuk dapat mengusulkan atau menemukan jalan penyelesaian yang dapat diterima oleh semua pihak. Mediator tidak boleh memihak, harus “impartial”, tidak bias, dsb.

Kelompok kami akan melakukan metode Wawancara,dengan mewawancara tokoh-tokoh agama yang ada di Jakarta,pertanyaan yang kita akan ajukan berupa masalah keberagaman,toleransi,dan pandangan antar agama yang ada di indonesia.

 

Berikut langkah-langkah yang akan kita kerjakan:

  • Survey lokasi

Kelompok akan mengunjungi tempat-tempat ibadah yang di sekitar Jakarta,seperti Gereja,masjid,dan vihara

  • Membuat janji pertemuan

Kelompok kami akan membuat pertemuan dengan para tokoh-tokoh agama untuk melakukan wawancara

  • Wawancara

Setelah itu,kelompok kami akan melakukan sesi wawancara sesuai dengan tema yang sudah ditentukan dan wawancara kita akan didokumentasikan.

Kelompok kami berjumlah 6orang dan setiap tokoh agama yang kita wawancara ada 5 orang yang akan mengajukan pertanyaan dan 1 orang yang mendokumentasikan.

 

Terdapat beragam agama di Indonesia, dari Islam, Kristen, Katolik, Buddha, Hindu, dan Konghucu. Dari keberagaman itu akan timbul berbagai macam hal, dari hal negatif dan juga positif. Hal negatif dapat berupa hal saling membeda-bedakan, beranggapan kalau seseorang menganut agama yang berbeda dari dirinya, akan menganggap remeh bahkan menjelekan. Ada yang beranggapan kalau lebih baik yang berbeda dipisahkan dari yang lain. Hal positif yang muncul dari keberagaman ini adalah saling berbedanya setiap orang yang dibentuk secara unik dari agama mereka masing-masing, dan ternyata agama satu dengan yang lain dapat juga saling berhubungan, tidak sepenuhnya berbeda.

 

Deskripsi Kegiatan

Dalam kegiatan projek luar kelas ini,Kelompok kami mewawancarai 3 tokoh agama, yaitu: Agama Islam , Agama Katolik , Agama Kristen.

Tema yang kita jadikan topik pembicaraan adalah tentang Keberagaman agama di Indonesia, berikut rincian kegiatan kami:

 

  • Agama Islam

Lokasi Kegiatan :Musholla Binus Syahdan

Waktu Kegiatan : 06 Oktober 2017

Pihak yang terlibat : Ustad H.Ahmad Darwin, AK.MM

 

  • Agama Katolik

Lokasi Kegiatan : Gereja Katolik Maria Bunda Karmel

Waktu Kegiatan : 11 Oktober 2017

Pihak yang terlibat : Romo Yudhi

 

  • Agama Kristen

Lokasi Kegiatan : Gereja Persekutuan Kristen

Waktu kegiatan : 26 Oktober 2017

Pihak yang terlibat : Pendeta Warisman Harefa, M.Th

 

Mekanisme Kegiatan

 

Dalam kegiatan ini,masing- masing anggota kelompok menanyakan satu atau dua pertanyaan tentang keberagaman agama kepada tokoh agama,dan juga saat memasuki tempat/rumah ibadah masing-masing anggota kelompok kami juga mematuhi peraturan yang ada seperti saat memasuki musholla anggota kelompok kami wajib melepaskan alas kaki.

Saat memulai sesi wawancara,kami mendokumentasikannya dengan merekam video dan merekam suara,pada saat merekam video salah satu anggota kami akan merekam menggunakan smartphone dan tripod agar menghasilkan kualitas video yang bagus.dan kami juga menggunakan satu smartphone lagi untuk merekam sesi wawancara dari awal sampai akhir sesi.

 

Setelah melakukan sesi tanya jawab,kami juga berfoto bersama dengan tokoh agama untuk tujuan dokumentasi,kami juga tidak lupa untuk mengucapkan terima kasih pada saat selesai sesi wawancara dan juga meminta tanda tangan tokoh agama sebagai bukti.

 

Penutup

Agama pada dasarnya adalah sebuah pedoman untuk kita hidup di dunia ini bersama-sama dengan sesama kita manusia, dalam berbagai hal seperti bersosial, membantu satu sama lain, berbakti pada Tuhan, dan hal seperti berkorban untuk sesama. Kebanyakan adalah hal-hal yang baik bukan hal yang buruk, tetapi masih ada hal-hal buruk yang ada di dunia ini. Hal seperti saling membedakan satu sama lain karena perbedaan keyakinan dan juga pandangan. Ada juga radikalisme yang mulai kian menyebar, yang kadang lebih suka menerapkan aksi kekerasan untuk menyelesaikan suatu masalah dibandingkan untuk duduk dan membicarakan hal tersebut baik baik. Hal seperti ini menjadi penghambat dan juga penghalang dalam kehidupan manusia beragama. Kita semua adalah makhluk ciptaan Tuhan yang di buat menurut gambaran dan rupa Allah, kita semua sama di mata Tuhan, tidak ada perbedaan sama sekali. Kita dapat hidup rukun dan sejahtera jika kita mau menyingkirkan rasa egois kita. Ada banyak contoh dimana kejadian saling rukun antar agama terjadi.

 

Saran dan Refleksi

 

  • Nama : Rahman Bramantya Sumirat

 

Saran dan Refleksi : Setelah saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada tokoh-tokoh agama,saya bisa menyimpulkan bahwa umat antar beragama di Indonesia ini bisa saling hidup dengan damai dan rukun, tentang kejadian-kejadian  radikalisme atau kebencian terhadap suatu agama tertentu adalah tindakan dari suatu individu/kelompok tertentu bukan dari tindakan dari sebuah agama.

 

 

  • Nama : Tommy Ryanto

 

Saran dan Refleksi : Setelah saya mewawancara sejumlah narasumber dari tokoh-tokoh agama ini, saya mempercayai bahwa semua orang memiliki derajat dan hak yang sama. Tuhan itu sesungguhnya menciptakan manusia untuk tidak saling membenci, melainkan untuk menjaga kedamaian yang ada di dunia ini karena Dia lah yang menciptakan semua umat di dunia itu tanpa adanya perbedaan derajat atau hak sedikitpun. Tindakan-tindakan radikalisme yang ada di dunia ini sudah seharusnya diperangi dan dimusnahkan karena tidak sesuai dengan ajaran-ajaran dari agama.

 

 

  • Nama : Eliezer Christopher Budiono

 

Saran dan Refleksi : Pada dasarnya masyarakat Indonesia saling suka membantu satu sama lainnya, tidak membeda-bedakan menurut agama, ras, atau budaya. Bersatu dalam mewujudkan hal-hal kebaikan yang berguna bagi lingkungan dan masyarakat. Perpecahan yang ada hanya di sebabkan oleh keegoisan seseorang yang dibesar-besarkan.

 

 

  • Nama : Irvin

 

Saran dan Refleksi : Setelah melakukan wawancara terhadap beberapa tokoh agama yang berbeda, saya dapat menyimpulkan dalam kehidupan masyarakat sebenarnya mereka saling membutuhkan dan juga mereka dapat hidup rukun antara satu dengan yang lain meskipun mempunyai agama yang berbeda.Radikalisme itu sendiri timbul bukan hanya dari agama melainkan juga dapat terjadi melalui perbedaan pendapat diantara masyarakat melalui musyawarah,dsb.Akan tetapi radikalisme juga dapat dicegah salah satunya rasa kesadaran diri dalam agamanya masing-masing.Sehingga orang-orang dapat menghindarinya.

 

 

  • Nama : Zaidan Darul Aman

 

Saran dan Refleksi : Setelah kami memwawancarai bebrapa tokoh agama, kami menyimpulkan bahwasanya umat beragama di Indonesia bisa hidup rukun. dengan menjauhi paham radikalisme yang pencegahanya dengan mempelajari agama dengan cara yang benar.oleh karena itu, belajar agama harus dari sumbernya. yaitu, kitab suci dengan pemaham para tokoh agama yang benar.

 

 

  • Nama : Samuel Halim

 

Saran dan Refleksi : Beberapa tokoh agama yang kami wawancarai cukup memberikan masukan terhadap pandangan kami akan perbedaan agama yang ada di Indonesia sekarang. Yang terpenting dari segalanya adalah kembali ke diri masing-masing penganut agamanya. Karena kesalahan selama ini adalah dari pola pikir.

 

Berikut Dokumentasi Kegiatan:

Video:

https://drive.google.com/file/d/1lB-XPcSzSFOTVVXTq1APy20rAV-pbBh6/view?usp=sharing

 

 

REFERENSI

 

 

 

 

Leave a Comment

Please note: Comment moderation is enabled and may delay your comment. There is no need to resubmit your comment.